Bawang putih merupakan herba annual (2-4 bulan), tegak,
30 – 60 cm.
Batang : kecil (corpus), 0,5 – 1 cm.
Daun : bangun garis, kompak, datar, lebar 0,4 – 1,2 cm,
pangkal pelepah membentuk umbi, bulat telur melebar, anak umbi, bersudut,
dibungkus oleh selaput putih, pelepah bagian atas membentuk batang semu.
Bunga : susunan majemuk payung sederhana, muncul disetiap
anak umbi, 1-3 daun pelindung, seperti selaput.
Tenda bunga : enam daun, bebas atau berlekatan di
pangkal, bentuk memanjang, meruncing, putih-putih kehijauan-ungu (Sudarsono et
al., 2006).
Umbi lapis Allium sativum L. berupa umbi majemuk
berbentuk hampir bundar, garis tengahnya 4 – 6 cm terdiri dari 8 – 20 siung
seluruhnya diliputi 3 – 5 selaput tipis serupa kertas berwarna agak putih, tiap
siung diselubungi oleh 2 selaput serupa kertas, selaput luar warna agak putih
dan agak longgar, selaput dalam warna merah muda dan melekat pada bagian padat
dari siung tetapi mudah dikupas; siung bentuk membulat dibagian punggung,
bidang samping rata atau agak bersudut.
Kandungan kimia dari Allium sativum L. yang memiliki
aktivitas biologi dan bermanfaat dalam pengobatan adalah senyawa organosulfur
(Martinez, 2007).
Kandungan
senyawa organosulfur ini antara lain:
a. Senyawa S-ak(en)-il-L-Sistein sulfoksida (ACSOs),
contohnya alliin dan γ-glutamilsistein, senyawa yang paling banyak terdapat
dalam bawang putih.
Alliin bertanggung jawab pada bau dan citarasa bawang
putih, asam amino yang mengandung sulfur, dan digunakan sebagai prekusor
allicin.
Alliin dan senyawa sulfoksida yang lain, kecuali
sikloalliin, segera berubah menjadi senyawa thiosulfinat, seperti allicin,
dengan bantuan enzim alliinase ketika bawang putih segar dicincang, dipotong,
maupun dikunyah secara langsung (Amagase, 2006).
Alliin memiliki potensi sebagai antibakteri.
b. Senyawa sulfur yang volatil seperti allicin.
Allicin merupakan senyawa yang kurang stabil, adanya
pengaruh air panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali
terdekomposisi menjadi senyawa sulfur yang lain seperti dialil sulfida.
c. Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti
diallyl sulfide (DAS) dan diallyl disulfide (DADS).
d. Senyawa sulfur larut air yang non volatil seperti S-
allil sistein (SAC), yang terbentuk dari reaksi enzimatik γ-glutamilsisteine
ketika bawang putih diekstraksi dengan air (Amagase, 2001). SAC banyak terdapat
dalam berbagai macam sediaan bawang putih, merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas biologis, sehingga adanya SAC dalam sediaan bawang putih sering
dijadikan standar bahwa sediaan bawang putih tersebut layak dikonsumsi atau
tidak (Amagase, 2006).
Umbi Allium sativum L. berkhasiat sebagai obat tekanan
darah tinggi, meredakan rasa pening di kepala, menurunkan kolesterol,dan obat
maag (Sri Sugati et Hutapea, 1991).
Disamping itu digunakan pula sebagai pengecer dahak
(pada bronkhitis kronis), karminativa (pada keadaan dispepsia dan meteorismus)
(Hansel, 1991).
Berbagai penelitian epidemiologi yang berkembang
menyebutkan bahwa Allium sativum L. dan berbagai tanaman lain yang mengandung
senyawa organosulfur dapat mencegah terjadinya kanker pada manusia, termasuk
kanker kolon (Reddy et Rao, 1993).
Bawang putih yang tersedia di pasaran internasional
tersedia dalam empat macam bentuk yaitu minyak esensial bawang putih, maserat
minyak bawang putih, serbuk bawang putih (yang dikenal sebagai Garlicin), dan
aged garlic extract (AGE).
Penelitian yang sudah dilakukan membandingakan antara
AGE dengan bentuk olahan bawang putih yang lain seperti jus bawang putih mentah
(raw garlic juice), jus bawang putih yang dipanaskan (heated garlic juice), dan
serbuk bawang putih masak.
Jika dilihat aksi farmakologinya, maka AGE lebih poten
dalam menghambat pertumbuhan sel sarkoma-180 yang ditransplantasi pada tikus,
dibanding dengan bentuk olahan bawang putih yang lain (Kasuga et al., 2001).
🍯🍃
Majmu'ah BIKUM 🍃🍯
Silahkan Share Ke Sosial Media Anda :)