SHAKEN BABY SYNDROME - Sehat Dengan Cara Rasulullah

SHAKEN BABY SYNDROME



Pada masa bayi, buah hati memang tampak lucu dan menggemaskan. Terlebih lagi bila diajak bermain dan bercanda, gelak tawa bayi sangat menyenangkan. Tidak mengherankan jika orang-orang di sekitar bayi-baik ayah, ibu, kakak, kakek, nenek, om, dan tante sering tergerak untuk bermain dan bercanda dengan si adik bayi, terkadang dengan cara-cara yang “heboh” semacam menganyun, melempar, atau mengguncang bayi. Namun hati- hati, karena cara bermain yang demikian dapat berdampak buruk pada bayi.

*Mengguncang atau mengayun bayi dengan cara yang tidak benar dapat berbahaya bagi keselamatan bayi*.
Disengaja atau tidak, guncangan yang terlalu keras saat mengayun bayi dapat menyebabkan kerusakan pada otaknya. Cedera yang terjadi ini disebut sebagai *shaken baby syndrome*.

Shaken baby syndrome tergolong salah satu bentuk kekerasan pada anak, berupa guncangan kepala hebat yang menyebabkan perdarahan retina dan perdarahan otak.

Sindrom ini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan gangguan saraf pada anak akibat kekerasan.
Sebesar 95% cedera otak dan 64% cedera kepala pada anak berusia kurang dari 1 tahun disebabkan oleh tindak kekerasan pada anak.

Shaken baby syndrome seringkali juga ditemukan kekerasan pada anak yang memiliki riwayat kekerasan sebelumnya atau tanda kekerasan di bagian tubuh lain.

Guncangan dapat disengaja, misalnya oleh orang dewasa yang tidak sabar terhadap bayi yang rewel, maupun tidak sengaja dan timbul karena cara bermain yang menyebabkan guncangan hebat pada kepala, misalnya dengan diayun atau dilemparkan ke udara.

Guncangan pada badan juga dapat berakibat cedera pada otak karena perubahan posisi kepala terhadap leher yang drastis dan mendadak.

Sindrom ini sebagian besar terjadi pada anak di bawah 2 tahun, shaken baby syndrome yang disengaja umumnya dilakukan oleh laki – laki, ayah, atau pengasuh anak.
Orang tua yang mengalami stres secara sosial, biologis, atau finansial rentan melakukan perilaku impulsif dan agresif.
Juga cedera otak yang terjadi khas dan tidak sesuai dengan riwayat jatuh, kejang, atau trauma kepala lain.

Saat bayi atau anak mengalami guncangan yang hebat, otak mengalami perputaran atau pergeseran terhadap aksisnya (batang otak).
Hal ini menyebabkan robekan saraf dan pembuluh darah, menyebabkan kerusakan dan perdarahan otak.

Spektrum gejala shaken baby syndrome sangat luas, dari gejala ringan sampai sangat berat.

Gejala ringan yang tidak spesifik umumnya tidak disadari oleh dan membaik seiring waktu.

Sindrom yang sangat berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, sampai kematian.

Sesaat setelah guncangan hebat, anak umumnya menjadi rewel atau cenderung banyak tidur, muntah - muntah, dan tidak mau makan.
Gejala ini dapat menetap selama beberapa hari atau beberapa minggu.

Perdarahan otak dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, muntah, malas menyusui, dan kontak yang berkurang.

Kerusakan otak berat dapat menyebabkan gangguan pernapasan sampai henti napas.

Gejala yang tidak spesifik dan kerusakan otak yang tidak terdeteksi dapat berlangsung lama tanpa diketahui namun menyebabkan gangguan belajar atau gangguan perilaku saat anak lebih besar.

Shaken baby syndrome sering disertai cedera mata dan cedera tulang.

Cedera mata yang sering ditemui adalah perdarahan retina pada satu atau kedua mata. Perdarahan di dalam mata mungkin sulit terdeteksi karena keterbatasan bayi untuk mengeluhkan gangguan penglihatan.

Cedera tulang di tempat lain sering menyertai shaken baby syndrome akibat kekerasan yang disengaja, terutama patah tulang pada iga, lengan, dan tungkai. Adanya memar atau luka di bagian tubuh yang tidak biasa atau berulang mendukung adanya kekerasan.

Untuk mendiagnosis shaken baby syndrome, perlu wawancara mendalam dengan orang yang mengasuh anak sehari-harinya. Mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI kepala untuk mendeteksi kerusakan otak dan perdarahan. Foto Rontgen dapat membantu mengkonfirmasi patah tulang. Pemeriksaan mata juga diperlukan untuk mencari perdarahan retina.

Efek cedera kepala akibat kekerasan yang disengaja lebih berat dibandingkan cedera akibat benturan atau guncangan yang tidak disengaja.
Angka kematian cedera kepala akibat kekerasan sekitar 13%.

Anak yang selamat umumnya mengalami gangguan saraf dan kecerdasan saat berusia lebih dari 6 tahun.

Untuk mencegah shaken baby syndrome,

❗️ hindarilah bermain atau bercanda dengan bayi dengan cara menganyunkan bayi pada lengan atau anggota tubuh lainnya, mengguncang, atau melempar tubuh bayi.

❗️jika meletakkan bayi pada ayunan, gunakanlah ayunan khusus untuk bayi yang berayun dengan lembut.

❗️awasilah selalu apabila bayi bermain dengan kakak atau anak yang lebih besar. Pilihlah pengasuh anak yang dapat dipercaya serta cukup stabil dan matang secara psikologis.

❗️orang tua yang sedang memiliki masalah psikis sebaiknya mencari bantuan profesional terkait (psikolog atau psikiater) agar mampu mengasuh anak secara aman dan bertanggung jawab.


Untuk mendiagnosis shaken baby syndrome, perlu wawancara mendalam dengan orang yang mengasuh anak sehari-harinya. Mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI kepala untuk mendeteksi kerusakan otak dan perdarahan. Foto Rontgen dapat membantu mengkonfirmasi patah tulang. Pemeriksaan mata juga diperlukan untuk mencari perdarahan retina.
Efek cedera kepala akibat kekerasan yang disengaja lebih berat dibandingkan cedera akibat benturan atau guncangan yang tidak disengaja.
Angka kematian cedera kepala akibat kekerasan sekitar 13%.

Anak yang selamat umumnya mengalami gangguan saraf dan kecerdasan saat berusia lebih dari 6 tahun.

Untuk mencegah shaken baby syndrome,
hindarilah bermain atau bercanda dengan bayi dengan cara menganyunkan bayi pada lengan atau anggota tubuh lainnya, mengguncang, atau melempar tubuh bayi.

jika meletakkan bayi pada ayunan, gunakanlah ayunan khusus untuk bayi yang berayun dengan lembut.

awasilah selalu apabila bayi bermain dengan kakak atau anak yang lebih besar. Pilihlah pengasuh anak yang dapat dipercaya serta cukup stabil dan matang secara psikologis.

orang tua yang sedang memiliki masalah psikis sebaiknya mencari bantuan profesional terkait (psikolog atau psikiater) agar mampu mengasuh anak secara aman dan bertanggung jawab.

Penulis     : Dr.Natharina Yolanda. Dr.Amanda Soebadi

Reviewer : Dr.Amanda Soebadi,Sp.A

Sumber:
1. Blumenthal. Shaken baby syndrome. Postgrad Med J.2002;78:732–5.

2. American Academy of Pediatrics. Shaken baby syndrome: Rotational cranial injuries—technical report. Pediatrics. 2001;108:206 –10.


Silahkan Share Ke Sosial Media Anda :)

Subscribe to receive free email updates: