Periode Emas, Manfaat ASI Bagi Ibu, Tahapan
Perkembangan ASI
1.PERIODE
EMAS
Pertumbuhan anak sangat cepat di dua tahun pertama
kehidupannya dan dua tahun pertama kehidupan anak itulah yang disebut periode
emas ( golden period). Jika pada rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan
gizi yang optimal, seperti ASI, penurunan status gizi anak bisa dicegah. Bila
terlewati, periode emas ini tidak dapat diulang kembali.
Pemberian asupan yang optimal sejak bayi adalah upaya
yang paling efektif untuk meningkatkan kesehatan anak. Tahun 2006 diperkirakan
9,5 juta anak meninggal sebelum berusia 5 tahun dan dua per tiga kematian ini
terjadi pada tahun pertama kehidupan anak-anak tersebut. Dari berbagai penyebab
kematian bayi/anak-anak, 35% berhubungan dengan kekurangan nutrisi/malnutrisi.
Malnutrisi yang terjadi selama periode emas menyebabkan
anak tumbuh pendek (beberapa sentimeter lebih pendek dari tinggi potensialnya)
dan juga berpengaruh pada kesehatan serta perkembangan intelektualnya. Bila
wanita menderita malnutrisi saat kecil, kondisi reproduksi wanita tersebut juga
terpengaruh. Bayi yang dikandungnya kelak lahir dengan berat badan rendah dan
dapat mengalami komplikasi selama melahirkan.
Meskipun dua tahun pertama kehidupan anak sangat
penting, tidak berarti anak usia dua tahun ke atas tidak membutuhkan perhatian
lagi, tetapi skala prioritasnya telah terlewati .
2. MANFAAT ASI BAGI IBU
Berbagai penelitian mendukung bukti bahwa menyusui
bermanfaat bagi ibu, baik secara fisik maupun emosional. Sayangnya, sebagian
besar ibu tidak mengetahui manfaat menyusui bagi diri sendiri sehingga mereka
kurang menikmati menyusui dan terpaksa menyusui atau memberikan ASI hanya agar
bayi mereka sehat.
Menyusui dapat memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan
psikologis ibu, baik jangka pendek maupun panjang, seperti berikut ini :
Mengurangi perdarahan pasca persalinan (Sobhy 2004).
Ibu yang segera menyusui (melakukan IMD) setelah
bersalin akan lebih mudah pulih dibandingkan ibu yang tidak segera menyusui.
Mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan sebelum
hamil (Holdcroft 2003).
Isapan bayi saat menyusui membuat tubuh ibu melepaskan
hormon oksitosin yang kemudian menstimulasi kontraksi rahim sehingga
mengembalikan bentuk rahim ibu pada kondisi sebelum hamil.
Mengurangi risiko terkena kanker payudara, kanker
indung telur (ovarium), dan kanker endometrium (Awatef 2010, Jordan 2012,
Newcomb 2000).
Menyusui dapat menekan produksi hormon estrogen
berlebih yang bertanggung jawab terhadap perkembangan kanker payudara, kanker
indung telur, dan kanker endometrium.
Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes tipe 2
(Erica 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Lie, Jorm, dan Banks
menemukan bahwa risiko menderita penyakit diabetes tipe 2 meningkat sebesar 50%
pada ibu yang tidak menyusui.
Mengurangi risiko terkena keropos tulang/osteoporosis
(Chantry 2004).
Bukti penelitian menyatakan bahwa wanita menyusui
berisiko rendah menderita keropos tulang.
Mengurangi risiko terkena rheumatoid arthritis (Karlson
2004).
Rheumatoid arthritis adalah peradangan kronis pada
sendi kedua sisi tubuh seperti tangan, kaki, lutut, dan organ-organ lain
seperti kulit, mata, dan paru-paru. Rheumatoid arthritis merupakan kelainan
autoimun. Penelitian yang melibatkan lebih dari 7.000 ibu di China menemukan
bahwa menyusui dalam jangka panjang mengurangi risiko menderita rheumatoid arthritis
hingga 50%.
Menjadi metode kontrasepsi yang paling aman dan efektif
(Vekemans 1997).
Menyusui menjadi metode kontrasepsi yang paling aman
dan efektif, yaitu sebesar 98% bila seorang ibu menyusui eksklusif selama 6
bulan dan belum mendapatkan menstruasi yang pertama kali setelah nifas.
Mengurangi risiko kegemukan (Obesitas) dan lebih cepat
mengembalikan berat badan seperti sebelum hamil (Baker 2008).
Menyusui secara eksklusif dapar menghabiskan 500 kalori
per hari (setara dengan kegiatan berenang 30 putaran atau bersepeda menanjak
selama sejam) sehingga berat badan ibu turun secara alami. Apalagi bila ibu
tersebut menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan minimal
hingga bayi berusia 1 tahun.
Mengurangi stres dan kegelisahan (Mezzacappa 2002).
Saat bayi mengisap dan kulitnya bersentuhan dengan
kulit ibu, hormon prolaktin dilepaskan dari tubuh ibu dan membuat tenang serta
rileks.
Mengurangi risiko ibu menderita depresi pasca
persalinan ( post partum depression) (Kendall 2007).
Hormon oksitosin yang dilepaskan saat menyusui
menciptakan kuatnya ikatan kasih sayang, kedekatan dengan bayi, dan ketenangan.
Mengurangi risiko tekanan darah tinggi (hipertensi)
pada masa datang ( _American Journal of Epidemiology 2011_).
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dengan
sampel lebih dari 50.000 ibu menemukan bahwa ibu yang menyusui eksklusif selama
6 bulan memiliki risiko lebih kecil menderita hipertensi pada masa datang.
Mengurangi tindakan kekerasan ibu pada anak (Strathearn
2009).
Pernyataan tersebut didukung kuat dengan bukti
penelitian terhadap 5.890 ibu selama 15 tahun.
Mengurangi risiko ibu menderita Anemia Defisiensi Besi
(ADB) (Dermer 2001).
Jumlah zat besi yang digunakan tubuh ibu untuk
memproduksi ASI jauh lebih sedikit dibandingkan zat besi yang hilang dari tubuh
ibu akibat perdarahan (nifas maupun menstruasi).
Memudahkan hidup ibu.
Dengan menyusui, ibu tidak perlu repot menyiapkan botol,
membeli susu formula, menyiapkan susu formula, dan lain-lain.
3. TAHAPAN PERKEMBANGAN ASI
Kandungan ASI di setiap tahapannya berguna untuk bayi
baru lahir, terutama karena bayi perlu melakukan adaptasi fisiologis terhadap
kehidupan barunya di luar rahim. Semakin matang ASI, konsentrasi
antibodi/immunoglobulin serta total protein dan vitamin yang larut di dalam
lemak menurun, sedangkan laktosa, lemak, kalori, dan vitamin yang larut dalam
air meningkat. ASI berkembang secara bertahap, mulai dari ASI hari-hari pertama
(kolostrum), ASI transisi, hingga menjadi ASI matang/matur.
Kolostrum
Kolostrum atau ASI hari-hari pertama adalah cairan
berwarna kuning keemasan/jingga yang mengandung nutrisi dengan konsentrasi
tinggi. Kolostrum selain memberikan perlindungan pada bayi terhadap berbagai
penyakit infeksi, juga memiliki efek laksatif (pencahar) yang dapat membantu
bayi mengeluarkan feses/tinja pertama (mekonium) dari sistem pencernaannya
sehingga bayi terlindungi dari penyakit kuning ( jaundice).
Banyak ibu mengira kolostrum berwarna putih seperti
susu. Oleh karena itu, ketika kolostrum keluar dalam keadaan berwarna kuning
keemasan/jingga, kental, lengket, dan terkadang bening, banyak ibu menganggap
ASI tersebut tidak bagus dan kemudian dibuang. Padahal tidak demikian. Warna
kuning keemasan/jingga ini merupakan tanda dari kandungan beta-karoten yang
tinggi, yang merupakan salah satu antioksidan.
Selain itu, banyak juga ibu yang khawatir kolostrum
tidak akan cukup untuk bayi karena jumlahnya yang hanya sekitar 3-5 sendok teh
sehingga ibu merasa perlu menambahnya dengan susu formula. Padahal, walaupun
jumlah kolostrum relatif sedikit, sudah sangat mencukupi lambung bayi yang juga
memang masih kecil. Meski sedikit, kolostrum sangat padat nutrisi, kaya
karbohidrat dan protein, serta tinggi kandungan antibodi.
Kolostrum mengandung sejumlah besar antibodi yang
disebut immunoglobulin (kelompok protein yang memberikan kekebalan tubuh
terhadap penyakit). Immunoglobulin dalam kolostrum ada tiga macam, yaitu IgA
(immunoglobulin A), IgG (immunoglobulin G), dan IgM (immunoglobulin M). Di
antara ketiga immunoglobulin, IgA adalah yang konsentrasinya tertinggi. IgA
inilah yang melindungi bayi dari serangan kuman di daerah membran mukus
tenggorokan, paru-paru, juga melindungi sistem pencernaan bayi, termasuk usus.
Selain antibodi, kolostrum juga kaya leukosit (sel darah putih yang bertugas
menghancurkan bakteri jahat dan virus), yaitu sekitar 70%.
ASI
Transisi
Kolostrum berubah menjadi ASI transisi sekitar 4-6 hari
setelah kelahiran bayi. Selama proses transisi ini, kandungan antibodi dalam
ASI menurun dan volume ASI meningkat drastis. Berbeda dengan kolostrum yang
produksinya dipengaruhi oleh hormon, produksi ASI transisi dipengaruhi oleh
proses persediaan versus permintaan ( supply vs. demand). Oleh karena itu,
menyusui dengan lebih sering, sekitar 8-12 kali per hari ( frequent nursing)
pada awal-awal kelahiran bayi sangat penting.
Selain mengandung 10% leukosit, ASI transisi juga
mengandung lemak yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan, perkembangan otak,
mengatur kadar gula darah, dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
ASI
Matang/Matur
ASI transisi kemudian berubah menjadi ASI matang
sekitar 10 hari sampai 2 minggu setelah kelahiran bayi. ASI matang (seperti
halnya ASI transisi) mengandung 10% leukosit. Dibandingkan dengan kolostrum,
ASI matang memiliki kandungan natrium, potasium, protein, vitamin larut lemak,
dan mineral yang lebih rendah. Sedangkan, kandungan lemak dan laktosanya lebih
tinggi daripada kolostrum.
Semoga bermanfaat..
📒Sumber
: F.B. Monika (Konselor laktasi & La Leche League Leader)
🎓Faidah
oleh: Bidan Ummu Dihyah Mita, Amd. Keb.
🍯🌻Majmu'ah
BIKUM🌻🍯
Silahkan Share Ke Sosial Media Anda :)