Tak jarang, orangtua
mengeluhkan anak batitanya susah makan. Dari yang awalnya menutup rapat mulut
sampai menyemburkan makanan atau bahkan melepehkan kembali makanan yang sudah
masuk ke dalam mulutnya. Wajar saja kalau orangtua merasa khawatir, apalagi
kalau berat badan anak tak kunjung naik. Padahal di usia ini, asupan nutrisi
yang berimbang sangatlah penting bagi tumbuh kembang anak.
Penyebab GTM pada batita bermacam-macam.
Diantaranya :
1. Bosan
2. Sedang sakit
3. Tidak lapar
4. Adanya trauma, baik
terhadap makanan tertentu maupun proses makan itu sendiri
Biasanya, karena panik dan
bingung, orangtua menjadi lebih permisif pada anak. Misalnya, membiarkan anak
hanya makan biskuit favoritnya, hanya memberi susu sebagai pengganti makanan
atau mengijinkan anak mengkonsumsi junkfood kesukaannya terus menerus. Ada pula
orangtua yang sibuk mencari vitamin penambah nafsu makan, mengajak anaknya
berkeliling kompleks saat waktu makan sampai mengajak anak makan sambil
bermain. Benarkah ini?
Menurut penelitian
multisenter IDAI, penyebab tersering GTM pada anak adalah inappropiate feeding
practice, perilaku makan yang tak benar atau pemberian makanan yang tidak
sesuai usia. Seringkali, hal ini terjadi sejak fase penyapihan atau waktu
dimulainya pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Pemberian makan yang benar harus
memperhatikan beberapa hal seperti tepat waktu, kuantitas dan kualitas makanan,
kebersihan penyiapan dan penyajian makanan serta harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Pemberian makanan sesuai tahapan perkembangan anak mencakup
tekstur makanan dan perbandingan makanan padat serta cair.
Apa sih yang seharusnya
dilakukan orangtua untuk mencegah batitanya mogok makan?
Jawabannya adalah dengan
melatih perilaku makan yang benar (feeding rules) pada anak.
Bagaimana caranya?
Yang Harus Dilakukan :
1. Atur jadwal makanan
utama dan makanan selingan (snack) yang teratur yaitu tiga kali makanan utama
dan dua kali makanan kecil di antaranya. Susu dapat diberikan dua - tiga kali
sehari (500-600 ml/hari).
2. Batasi juga waktu makan
tidak boleh lebih dari 30 menit.
3. Buat lingkungan yang
menyenangkan untuk makan. Biasakan makan bersama keluarga di meja makan. Jika
tidak memungkinkan untuk makan bersama, sebaiknya tetap latih anak makan di
meja makan.
4. Dorong anak untuk makan
sendiri. Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut,
memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan tanpa memaksa. Bila
setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan akhiri proses makan. Latih anak
untuk mengenali rasa kenyang dan laparnya sendiri.
HAL YANG JANGAN DILAKUKAN :
1. Jangan memaksa anak
makan, apalagi sampai memarahinya.
2. Jangan membiasakan anak
makan sambil melakukan aktivitas lain seperti bermain, berjalan-jalan atau naik
sepeda.
3. Jangan memberikan
minuman lain selain air putih di antara waktu makan.
4. Jangan menjadikan
makanan sebagai hadiah.
Referensi:
1. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. Pendekatan diagnosis dan tata
laksana masalah makan pada batita di Indonesia. Jakarta: IDAI;2014. 13 hal
Penulis: Meta Herdiana
Hanindita, Nur Aisiyah Widjaja, Siti Nurul Hidayati, Roedi Irawan (Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga/ RSU. Dr. Soetomo, Surabaya)
🏢 IDAI
Silahkan Share Ke Sosial Media Anda :)